RENUNGAN HARI MINGGU BIASA KE XXVI :
MINGGU 30 SEPTEMBER 2012
Bil 11:25-29, Mzm 19:8,10,12-13,14, Yak 5:1-6, Mrk 9:38-43,45,47-48
BACAAN INJIL : Mrk 9:38-43,45,47-48
“Barang siapa tidak melawan kita, ia ada dipihak kita. Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggalalah.”
Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;
Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.
RENUNGAN:
Ada orang bilang semua agama sama, karena mempunyai Tuhan yang satu dan sama dan sama-sama mengajarkan ajaran Tuhan. Pemikiran demikian seringkali membuat orang jatuh pada pemikiran bahwa orang tidak perlu fanatik terhadap agamanya atau mau menganut agama apa saja tidak ada benanya. Paham demikian juga membuat orang jatuh pada sikap gampang berpindah agama, karena menganggap toh semunya sama.
Paham demikian satu sisi memang benar, sejauh dalam arti mengajak orang untuk saling menghargai satu sama lain, menghargai penganut agama lain yang berbeda keyakinan. Namun di sisi lain, paham demikian tentu tidak tepat, sebab bagimanapun seorang penganut agama harus tetap fanatik atau bangga atas agamanya atau pada keyakinannya. Kalau semua orang tidak fanatik pada agama dan keyakinannya, berarti seseorang itu tidak yakin pada kebenaran yang dianutnya. Namun tetap harus diingat, sikap fanatik yang dimaksud adalah dalam tataran yang wajar atau fanatik dan kebanggaan yang sehat.
Dalam Inji hari ini, Yohanes tampak begitu fanatik akan kelompok para rasul, sehingga ketika dia melihat bahwa ada orang yang mengusir setan demi nama Yesus tetapi tidak menjadi pengikut mereka, Yohanes melarangnya. Menjadi pengikut dalam pikiran Yohanes adalah menjadi kelompok para rasul. Juga dia berpikir bahwa hanya merekalah yang bisa melakukan hal itu, hanya kelompok para rasullah yang dapat karunia untuk mengusir setan. Dia lupa bahwa selain para rasul, masih banyak pengikut Yesus dan Tuhan juga mengaruniakan berkat-Nya kepada mereka. Tuhan juga bebas memberikan berkat-Nya kepada orang lain. Yohanes jatuh pada fanatisme yang tidak sehat, dia jatuh pada kesombongan yang berbuah pada rasa iri atau kecemburuan.
Yesus menanggapi pernyataan Yohanes dengan melarang dia untuk tidak melarang orang itu dengan menjelaskan bahwa walaupun orang itu bukan masuk dalam kelompok para rasul, dia juga adalah pengikutNya, percaya kepada Yesus. Yesus mengatakan tidak mungkin orang percaya kepada Yesus tetapi sekaligus membenci Dia. Lebih lanjut Yesus mengatakan bahwa orang yang melakukan kebaikan, itu berarti juga murid Yesus.
Kiranya fanatisme seperti Yohanes masih banyak terjadi dalam hidup sekarang ini. Begitu banyak orang yang begitu sombong menganggap dirinya yang paling baik, paling hebat sehingga bila ada orang yang lebih hebat darinya, dia akan cemburu dan berusaha untuk menghalangi orang tersebut. Fanatisme demikian juga banyak dalam diri kelompok agama tertentu, menganggap agamanyalah yang baling benar, sehingga berusaha menghalangi dan mengancurkan agama lain.
Sikap-sikap sombong dan fanatisme yang tidak sehat, itu tidak sesuai dengan ajaran Yesus. Kita memang harus bangga dan fanatik pada keyakinan agama kita. Namun fanatisme dan kebanggaan itu tidak berarti menjadikan kita sombong, merasa diri paling hebat, paling benar, sehingga kita tidak terbuka pada kebaikan yang ada pada orang lain. Fanatisme dan kebanggan tidak kita nyatakan dalam sikap membenci, menjelekkan orang lain atau agama lain.
Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kita harus senantiasa bersikap rendah hati. Fanatisme dan kebanggaan kita justru harus kita nyatakan dalam hidup iman atau dalam praktek iman kita.
Dalam hal ini Yesus mengajarkan kita agar selalu bersikap rendah hati. Sikap rendah hati berarti tidak sombong, tidak merasa diri lebih hebat, harus lebih hebat dari orang lain. Orang yang rendah hati selalu terbuka atas kebaikan yang ada dalam diri orang lain, menghargai orang yang berbeda pemikiran dan keyakinan dari dirinya. Orang yang rendah hati tidak memaksakan kehendak sendiri, dan tidak memaksa orang lain untuk seperti dirinya tau mengikuti pikirannya.
Selain itu Yesus mengajarkan agar kebanggaan kita atas keyakinan kita, kita nyatakan dalam hidup iman yang membawa berkat dan sukacita bagi orang lain. Bahkan Yesus menuntut hidup yang suci, terbebas dari dosa.
Hal ini dikatakan oleh Yesus dengan suatu ajaran yang keras, yakni dengan mengatakan kalau tangan, kaki kita membuat kita berdosa, maka kita harus memotong tangan dan kaki itu, karena kata-Nya, lebih baik kita masuk surga dengan satu tangan atau satu kaki daripada dengan dua tangan atau dua kaki kita masuk neraka. Juga bila mata membuat kita berdosa, maka kita harus mencungkil mata itu. Ajaran ini tentu tidak bisa kita mengerti secara harafiah. Kalau kita mengerti secara harafiah dan kita terapkan bulat-bulat, tentu tidak satupun diantara kita yang punya tangan, punya kaki atau punya mata, sebab tidak satupun diantara kita yang terlepas dari perbuatan dosa.
Ajaran ini mau mengatakan kepada kita bahwa bila kita sungguh menjadi pengikut Yesus, kita harus mengupayakan hidup yang suci, berusaha menghindarkan diri dari dosa. Dengan pernyataan itu, Yesus meminta kita agar seluruh hidup, seluruh tubuh kita harus menjadi cermin dari iman kita yang hidup. Maka seluruh diri kita harus kita arahkan pada iman akan Yesus. Inilah kesaksian kita akan iman kita.
Dengan demikian, Yesus mengajarkan kepada kita untuk hidup menjadi berkat bagi sesama, membawa sukacita bagi orang lain. Kehadiran kita harus menjadi berkat, sukacita bagi sesama.
Dalam hal ini, dalam bacaan pertama memaparkan dengan ajaran agar kita tidak hidup yang untuk diri sendiri, tetapi hidup kita dan apa yang ada pada kita harus juga dibagikan dan membawa sukacita kepada sesama. Yakobus menasihati kiranya kita tidak hidup seperti orang kaya yang hanya mengandalkan diri pada harta duniawi, bersikap egois, harta hanya untuk diri sendiri. Tetapi hidup kita dan apa yang ada pada kita, harus menjadi jalan sukacita Allah bagi orang lain.
Maka semoga kebanggaan kita sebagai pengikut Yesus, kita nyatakan dalam sikap kerendahan hati dan hidup yang selaras dengan iman kita, hidup seperti yang dikehendak oleh Yesus sendiri. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.