RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXV, Senin 19 September 2011
Yanuarius, Alfons dr Orozco, Fransiskus Maria dr Camporosso
Ezr 1:1-6, Mzm 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6, Luk 8:16-18
Yanuarius, Alfons dr Orozco, Fransiskus Maria dr Camporosso
Ezr 1:1-6, Mzm 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6, Luk 8:16-18
"Jangan pernah kita mengatakan bahwa kita tidak punya sesuatu untuk kita bagikan kepada sesama terutama pada karya keselamatan Tuhan, sebab barang siapa menganggap dia tidak punya apa-apa, daripadanya malah akan diambil apa yang ia anggap ada padanya."
BACAAN INJIL:
"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
RENUNGAN:
“Iman harus diwartakan sehingga semakin banyak orang merasakan kehadiran Allah dan kasih-Nya. Berkat Tuhan yang kita terima juga harus dibagikan supaya semakin banyak orang merasakan kebaikan Tuhan.”
Kira tugas untuk mewartakan iman kepada Allah merupakan tugas yang haruskan Allah kepada semua orang. Allah memberikan kasih-Nya, mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang, bukan untuk orang-orang tertentu, sehingga tugas kita semua menjadi alat dan perpenjangan tangan Tuhan untuk mewartakannya kepada semua orang supaya semakin banyak orang yang merasakan kehadiran Tuhan dan keselamatan Allah.
Tugas mewartakan iman seringkali kita mengerti hanya urusan orang-orang tertentu misalnya para imam, biarawan biarawati atau pengurus Gereja. Tidak sedikit umat yang menganggap bahwa berian itu hanya urusan pribadi, iman kepada Allah hanya menyangkut diri sendiri. Padahal iman juga menyangkut aspek sosial, yakni bahwa iman itu hendaknya diwartakan kepada sesama. Iman kita hendaknya laksana pelita yang diletakkan di atas kaki dian sehingga seisi rumah itu menjadi terang. Bila rumah terang, tentunya yang mendiaman rumah itu dapat melihat cahaya dan cahaya itu juga dapat dinikmati oleh orang-orang yang masuk ke rumah itu. Dengan demikian jelaslah bahwa iman itu hendaknya kita tampakkan dalam hidup sehingga teranglah hidup kita. Iman bukan untuk kita simpan, atau tempatkan di tempat-tempat tertentu misalnya hanya memnyatakannya saat kita beribadah ke Gereja, dalam doa-doa, tetapi harus ditempatkan pada setiap kehidupan kita, sehingga iman itu sungguh menerangi jalan hidup kita kepada Allah. Iman yang hidup, yang kita wartakan dengan menghayatinya dalam hidup juga menjadi terang bagi orang lain, sehingga merekapun dapat menikmati keselamatan Allah yang hadir dan pada akhirnya merekapun dituntun dalam perjalan menuju persatuan dengan Allah. Kiranya hal ini menjadi tugas dan kewajiban setiap orang beriman.
Iman yang hidup kita wartakan bukan melulu dengan kata-kata tetapi dengan perilaku hidup yang baik dan perbuatan baik kepada sesama. Ingatlah apa yang dikatakan Yesus pada ayat terakhir dalam Injil hari ini, “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." Lewat sabda ini, Yesus mengajar kita bahwa iman kita yang hidup hendaknya nyata dalam kemauan berbagi atau membagikan berkat Tuhan yang sudah kita terima. Persoalan yang seringkali muncul sehubungan dengan hal ini adalah bahwa kita merasa tidak mempunyai sesuatu untuk kita bagikan kepada sesama. Banyak yang sudah kita terima dari Tuhan dan banyak pula yang bisa kita bagikan kepada sesama kita. Jadi bukan karena kita tidak punya sesuatu untuk kita bagikan kepada sesama, tetapi sebenarnya kita sulit berbagi karena kita merasa dengan membagikannya kita menjadi kekurangan atau kehilangan. Padahal sebenarnya bila kita memberi, kita tidak akan kehilangan tetapi malah mendapatkan. Misalnya seseorang yang berani membagikan ketrampilan atau talenta yang ada padanya, maka orang lain akan mempercayakan tugas kepadanya. Tetapi orang yang tidak mau berbagi ketrampilannya, maka malahan orang lain tidak akan percaya dan mempercayakan suatu tugas padanya, padahal sebenarnya dia punya kemampuan untuk itu. Sehingga dalam hal ini sebenarnya kemampuan yang ada padanya diambil dari padanya.
Tuhan memberikan banyak kepada kita, sehingga kita bisa memberikan banyak kepada sesama kita. Dalam hal ini mari kita meneladan raja Korez di Persia, dia mengakui bahwa semua yang ada padanya adalah diberikan Tuhan kepada dia dan dia diperintahkan Tuhan untuk membangun rumah Tuhan di Yerusalem yang terletak di Yehuda. Dia pun mengundang semua umat Allah di manapun berada supaya mau berbagi berkat Tuhan untuk membangun rumah Tuhan yang di Yerusalem. Umat Allah di manapun berada dan orang-orang di sekeliling mereka membantu dengan barang-barang perak, dengan emas, harta benda dan ternak dan dengan pemberian yang indah-indah, selain dari segala sesuatu yang dipersembahkan dengan sukarela.Kiranya ini menjadi inspirasi kepada kita untuk berani berbagi berkat Tuhan dengan sesama terutama dalam pembangunan Gereja di manapun berada. Kita sebagai umat Tuhan harus saling membantu dan saling berbagi, sehingga berkat yang kita terima juga dapat dinikmati oleh orang lain di tempat lain. Janganlah kiranya beranggapan bahwa berkat Tuhan yang ada di paroki itu, hanya boleh dinikmati atau hanya diperuntukkan kepada umat yang ada di paroki itu saja. Tetapi justru harus dibagikan kepada sesama yang membutuhkan sehingga berkat yang diterima di paroki itu juga menjadi cahaya berkat Tuhan bagi sesama di tempat lain. Semakin besar berkat yang kita terima, semakin besar pula tanggungjawab kita dalam mewartakan iman lewat hidup baik dan perbuatan baik kepada sesama dengan kerelaan berbagi berkat Tuhan kepada sesama. Jangan pernah kita mengatakan bahwa kita tidak punya sesuatu untuk kita bagikan kepada sesama, sebab barang siapa menganggap dia tidak punya apa-apa, daripadanya malah akan diambil apa yang ia anggap ada padanya. Amin.
BACAAN INJIL:
"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
RENUNGAN:
“Iman harus diwartakan sehingga semakin banyak orang merasakan kehadiran Allah dan kasih-Nya. Berkat Tuhan yang kita terima juga harus dibagikan supaya semakin banyak orang merasakan kebaikan Tuhan.”
Kira tugas untuk mewartakan iman kepada Allah merupakan tugas yang haruskan Allah kepada semua orang. Allah memberikan kasih-Nya, mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang, bukan untuk orang-orang tertentu, sehingga tugas kita semua menjadi alat dan perpenjangan tangan Tuhan untuk mewartakannya kepada semua orang supaya semakin banyak orang yang merasakan kehadiran Tuhan dan keselamatan Allah.
Tugas mewartakan iman seringkali kita mengerti hanya urusan orang-orang tertentu misalnya para imam, biarawan biarawati atau pengurus Gereja. Tidak sedikit umat yang menganggap bahwa berian itu hanya urusan pribadi, iman kepada Allah hanya menyangkut diri sendiri. Padahal iman juga menyangkut aspek sosial, yakni bahwa iman itu hendaknya diwartakan kepada sesama. Iman kita hendaknya laksana pelita yang diletakkan di atas kaki dian sehingga seisi rumah itu menjadi terang. Bila rumah terang, tentunya yang mendiaman rumah itu dapat melihat cahaya dan cahaya itu juga dapat dinikmati oleh orang-orang yang masuk ke rumah itu. Dengan demikian jelaslah bahwa iman itu hendaknya kita tampakkan dalam hidup sehingga teranglah hidup kita. Iman bukan untuk kita simpan, atau tempatkan di tempat-tempat tertentu misalnya hanya memnyatakannya saat kita beribadah ke Gereja, dalam doa-doa, tetapi harus ditempatkan pada setiap kehidupan kita, sehingga iman itu sungguh menerangi jalan hidup kita kepada Allah. Iman yang hidup, yang kita wartakan dengan menghayatinya dalam hidup juga menjadi terang bagi orang lain, sehingga merekapun dapat menikmati keselamatan Allah yang hadir dan pada akhirnya merekapun dituntun dalam perjalan menuju persatuan dengan Allah. Kiranya hal ini menjadi tugas dan kewajiban setiap orang beriman.
Iman yang hidup kita wartakan bukan melulu dengan kata-kata tetapi dengan perilaku hidup yang baik dan perbuatan baik kepada sesama. Ingatlah apa yang dikatakan Yesus pada ayat terakhir dalam Injil hari ini, “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." Lewat sabda ini, Yesus mengajar kita bahwa iman kita yang hidup hendaknya nyata dalam kemauan berbagi atau membagikan berkat Tuhan yang sudah kita terima. Persoalan yang seringkali muncul sehubungan dengan hal ini adalah bahwa kita merasa tidak mempunyai sesuatu untuk kita bagikan kepada sesama. Banyak yang sudah kita terima dari Tuhan dan banyak pula yang bisa kita bagikan kepada sesama kita. Jadi bukan karena kita tidak punya sesuatu untuk kita bagikan kepada sesama, tetapi sebenarnya kita sulit berbagi karena kita merasa dengan membagikannya kita menjadi kekurangan atau kehilangan. Padahal sebenarnya bila kita memberi, kita tidak akan kehilangan tetapi malah mendapatkan. Misalnya seseorang yang berani membagikan ketrampilan atau talenta yang ada padanya, maka orang lain akan mempercayakan tugas kepadanya. Tetapi orang yang tidak mau berbagi ketrampilannya, maka malahan orang lain tidak akan percaya dan mempercayakan suatu tugas padanya, padahal sebenarnya dia punya kemampuan untuk itu. Sehingga dalam hal ini sebenarnya kemampuan yang ada padanya diambil dari padanya.
Tuhan memberikan banyak kepada kita, sehingga kita bisa memberikan banyak kepada sesama kita. Dalam hal ini mari kita meneladan raja Korez di Persia, dia mengakui bahwa semua yang ada padanya adalah diberikan Tuhan kepada dia dan dia diperintahkan Tuhan untuk membangun rumah Tuhan di Yerusalem yang terletak di Yehuda. Dia pun mengundang semua umat Allah di manapun berada supaya mau berbagi berkat Tuhan untuk membangun rumah Tuhan yang di Yerusalem. Umat Allah di manapun berada dan orang-orang di sekeliling mereka membantu dengan barang-barang perak, dengan emas, harta benda dan ternak dan dengan pemberian yang indah-indah, selain dari segala sesuatu yang dipersembahkan dengan sukarela.Kiranya ini menjadi inspirasi kepada kita untuk berani berbagi berkat Tuhan dengan sesama terutama dalam pembangunan Gereja di manapun berada. Kita sebagai umat Tuhan harus saling membantu dan saling berbagi, sehingga berkat yang kita terima juga dapat dinikmati oleh orang lain di tempat lain. Janganlah kiranya beranggapan bahwa berkat Tuhan yang ada di paroki itu, hanya boleh dinikmati atau hanya diperuntukkan kepada umat yang ada di paroki itu saja. Tetapi justru harus dibagikan kepada sesama yang membutuhkan sehingga berkat yang diterima di paroki itu juga menjadi cahaya berkat Tuhan bagi sesama di tempat lain. Semakin besar berkat yang kita terima, semakin besar pula tanggungjawab kita dalam mewartakan iman lewat hidup baik dan perbuatan baik kepada sesama dengan kerelaan berbagi berkat Tuhan kepada sesama. Jangan pernah kita mengatakan bahwa kita tidak punya sesuatu untuk kita bagikan kepada sesama, sebab barang siapa menganggap dia tidak punya apa-apa, daripadanya malah akan diambil apa yang ia anggap ada padanya. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.