RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXV, Selasa 20 September 2011
Andreas Kim Tae-gon & Paulus Chong Ha-sang
Ezr 6:7-8,12b,14-20, Mzm 122:1-2,3-4a,4b-5, Luk 8:19-21
Andreas Kim Tae-gon & Paulus Chong Ha-sang
Ezr 6:7-8,12b,14-20, Mzm 122:1-2,3-4a,4b-5, Luk 8:19-21
Allah sendiri tidak malu-malu mengangkat kita sebagai saudara dan saudari-Nya, tetapi mengapa kita tidak mau bersaudara dengan sesama kita?
BACAAN INJIL:
Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."
RENUNGAN:
Kita pasti pernah mendengar kisah legenda anak yang durhaka. Legenda itu misalnya kisah Sangkuriang, ada kisah si Mardan, dan pasti masih ada legenda lain yang menceritakan kedurhakaan seorang anak kepada orang tuanya khususnya kepada ibunya. Dalam kisah legenda si Mardan dikisahnya seorang anak dari keluarga miskin merantau ke kota dan dia akhirnya mejadi orang kaya. Dia malu mengakui bahwa dia berasal dari pedesaan terpencil, malu mengakui bahwa orangtuanya miskin, sehingga dia mengatakan bahwa keluarga dan orang tuanya sudah meninggal, padahal dia masih mempunya seorang ibu yang sudah janda yang tinggal di kampung halamannya. Singkat cerita saat ibunya mencari dia ke perkotaan dan saat bertemu dengan si Mardan, si Mardan tidak mengakui bahwa ibu yang datang menemui dia adalah ibunya, karena dia malu mengakui bahwa dia berasal dari keluarga yang sangat miskin dan ibunya seorang yang miskin. Anak durhaka dalam legenda manapun pasti selalu mengisahkan akhir hidup mereka tidak bahagia.
Dalam Injilhari ini dikatakan ketika orang-orang memberitahu kepada Yesus bahwa ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya ada di luar dan mau menemui Dia, Yesus menjawab, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." Kata-kata dan tindakan Yesus ini, tidaklah seperti tindakan dalam legenda anak durhaka, yang tidak menghargai dan mengakui ibunya. Yesus bukan tidak menghargai atau mengakui Maria sebagai ibu yang melahirkan-Nya, malah Yesus sangat mengasihi Maria ibu-Nya dan sangat peduli dengan nasib Maria ibu-Nya. Hal ini kita temukan saat Yesus tergantung di salib, Yesus menyerahkan Maria kepada para rasul. Ini jelas bahwa Yesus sangat peduli dengan Maria, bahkan saat menderita di salibpun, Yesus mengasihi Maria dan murid-murid-Nya.
Justru dengan kata-kata itu, Yesus mau mengatakan bahwa Maria bukan hanya ibu yang melahirkannya tetapi ibu dalam iman. Sebab nyata benar bahwa Maria adalah orang yang sungguh beriman, Maria melaksanakan kehendak Allah menjadi ibu yang menjadi jalan kehadiran Sang Mesias, yakni Yesus Kristus. Jadi kiranya Maria tidak tersinggung dengan kata-kata itu, sebab justru kata-kata Yesus ditujukan pertama-tama kepada Maria sebagai manusia yang sungguh melaksanakan kehendak Allah.
Bagi kita yang mendengarkan sabda ini, mari kita simak baik-baik kata-kata Yesus tadi. Yesus mengatakan kepada semua orang dan kita sendiri, bahwa Dia berkenan menjadikan saudara bagi kita, Dia berkenan menjadikan kita menjadi ibu-Nya, saudara-saudari-Nya, menjadikan kita anggota keluarga Kerajaan Allah bila kita mau mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Sungguh kasih Allah yang luar biasa, sebab Dia yang adalah Tuhan, Mahakudus dan Mahakuasa berkenan mengangkat kita menjadi anggota keluarga kerajaan Allah. Sebab siapakah kita sebenarnya? Kita adalah ciptaan-Nya, manusia yang lemah dan penuh dengan dosa, tetapi dari pihak Allah mau menjadikan kita anggota keluarga kerajaan Allah, bahkan Yesus tidak malu menganggap kita sebagai saudara-saudari dan keluarga-Nya. Sungguh ini adalah kasih yang luar biasa dari Allah.
Maka para Saudara-saudari Yesus Kristus. Kita sudah diangkat oleh Yesus menjadi anggota keluarga-Nya. Namun ingatlah, kita sungguh menjadi anggota keluarga kerajaan Allah kalau kita mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakannya. Maka mari kita mendengarkan firman Allah dan melaksanakannya.
Selain itu, sabda hari ini dan tindakan Yesus yang tidak malu-malu menjadikan kita sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, hendaknya menjadi inspirasi kepada kita agar kita juga berani memandang sesama atau orang lain sebagai saudara-saudari kita, keluarga kita sendiri. Allah sendiri tidak malu-malu mengangkat kita sebagai saudara dan saudari-Nya, tetapi mengapa kita tidak mau bersaudara dengan sesama kita? Semoga kita yang telah diangkat oleh Tuhan sebagai ibu, saudara-saudari-Nya, juga mau hidup bersaudara dengan orang lain. Amin.
BACAAN INJIL:
Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."
RENUNGAN:
Kita pasti pernah mendengar kisah legenda anak yang durhaka. Legenda itu misalnya kisah Sangkuriang, ada kisah si Mardan, dan pasti masih ada legenda lain yang menceritakan kedurhakaan seorang anak kepada orang tuanya khususnya kepada ibunya. Dalam kisah legenda si Mardan dikisahnya seorang anak dari keluarga miskin merantau ke kota dan dia akhirnya mejadi orang kaya. Dia malu mengakui bahwa dia berasal dari pedesaan terpencil, malu mengakui bahwa orangtuanya miskin, sehingga dia mengatakan bahwa keluarga dan orang tuanya sudah meninggal, padahal dia masih mempunya seorang ibu yang sudah janda yang tinggal di kampung halamannya. Singkat cerita saat ibunya mencari dia ke perkotaan dan saat bertemu dengan si Mardan, si Mardan tidak mengakui bahwa ibu yang datang menemui dia adalah ibunya, karena dia malu mengakui bahwa dia berasal dari keluarga yang sangat miskin dan ibunya seorang yang miskin. Anak durhaka dalam legenda manapun pasti selalu mengisahkan akhir hidup mereka tidak bahagia.
Dalam Injilhari ini dikatakan ketika orang-orang memberitahu kepada Yesus bahwa ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya ada di luar dan mau menemui Dia, Yesus menjawab, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." Kata-kata dan tindakan Yesus ini, tidaklah seperti tindakan dalam legenda anak durhaka, yang tidak menghargai dan mengakui ibunya. Yesus bukan tidak menghargai atau mengakui Maria sebagai ibu yang melahirkan-Nya, malah Yesus sangat mengasihi Maria ibu-Nya dan sangat peduli dengan nasib Maria ibu-Nya. Hal ini kita temukan saat Yesus tergantung di salib, Yesus menyerahkan Maria kepada para rasul. Ini jelas bahwa Yesus sangat peduli dengan Maria, bahkan saat menderita di salibpun, Yesus mengasihi Maria dan murid-murid-Nya.
Justru dengan kata-kata itu, Yesus mau mengatakan bahwa Maria bukan hanya ibu yang melahirkannya tetapi ibu dalam iman. Sebab nyata benar bahwa Maria adalah orang yang sungguh beriman, Maria melaksanakan kehendak Allah menjadi ibu yang menjadi jalan kehadiran Sang Mesias, yakni Yesus Kristus. Jadi kiranya Maria tidak tersinggung dengan kata-kata itu, sebab justru kata-kata Yesus ditujukan pertama-tama kepada Maria sebagai manusia yang sungguh melaksanakan kehendak Allah.
Bagi kita yang mendengarkan sabda ini, mari kita simak baik-baik kata-kata Yesus tadi. Yesus mengatakan kepada semua orang dan kita sendiri, bahwa Dia berkenan menjadikan saudara bagi kita, Dia berkenan menjadikan kita menjadi ibu-Nya, saudara-saudari-Nya, menjadikan kita anggota keluarga Kerajaan Allah bila kita mau mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Sungguh kasih Allah yang luar biasa, sebab Dia yang adalah Tuhan, Mahakudus dan Mahakuasa berkenan mengangkat kita menjadi anggota keluarga kerajaan Allah. Sebab siapakah kita sebenarnya? Kita adalah ciptaan-Nya, manusia yang lemah dan penuh dengan dosa, tetapi dari pihak Allah mau menjadikan kita anggota keluarga kerajaan Allah, bahkan Yesus tidak malu menganggap kita sebagai saudara-saudari dan keluarga-Nya. Sungguh ini adalah kasih yang luar biasa dari Allah.
Maka para Saudara-saudari Yesus Kristus. Kita sudah diangkat oleh Yesus menjadi anggota keluarga-Nya. Namun ingatlah, kita sungguh menjadi anggota keluarga kerajaan Allah kalau kita mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakannya. Maka mari kita mendengarkan firman Allah dan melaksanakannya.
Selain itu, sabda hari ini dan tindakan Yesus yang tidak malu-malu menjadikan kita sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, hendaknya menjadi inspirasi kepada kita agar kita juga berani memandang sesama atau orang lain sebagai saudara-saudari kita, keluarga kita sendiri. Allah sendiri tidak malu-malu mengangkat kita sebagai saudara dan saudari-Nya, tetapi mengapa kita tidak mau bersaudara dengan sesama kita? Semoga kita yang telah diangkat oleh Tuhan sebagai ibu, saudara-saudari-Nya, juga mau hidup bersaudara dengan orang lain. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.