PERAYAAN MISA PENERIMAAN SAKRAMEN KOMUNI
Menerima sakramen Komuni bagi seorang katolik tentu merupakan suatu peristiwa penting dalam hidup kekatolikan dan juga pasti penyenangkan dan membahagiakan. Dengan menerima sakramen komuni, seorang katolik sudah merasa sebagai umat yang penuh, karena sudah ambil bagian dalam Perayaan Perjamuan Kudus, yakni perayaan ekaristi.
Seringkali kita alami bahwa saat perayaan ekaristi, banyak anak yang belum menerima komuni merasa penasaran, seakan protes karena tidak menerima komuni sama dengan umat yang sudah menerima komuni. Mereka tentu merindukan hal yang sama, dan bahkan merasa dirinya belum sepenuhnya ikut dalam perayaan ekaristi karena belum juga diperbolehkan menerima komuni. Hal ini juga dirasakan oleh umat dewasa yang masih menjalani Katekumenat. Mereka seringkali bertanya kapan mereka diperkenankan menerima komuni seperti umat yang lain. Terkadang mereka merasa malu saat dalam perayaan ekaristi karena ketika semua umat maju menerima komuni padahal dari segi usia, mereka sudah pantas, mereka hanya duduk di kursi. Untuk menghilangkan rasa malu ini, mereka ikut berbaris bersama umat ketika menerima komuni tetapi sampai di hadapan imam mereka dengan suara pelan memberitahukan bahwa mereka belum menerima komuni, sehingga mereka hanya diberikan berkat di dahi.
Syarat untuk diperkenankan menerima komuni tentu bukan hanya dari segi usia, tetapi terlebih pada pemahaman seseorang akan arti dan makna sakramen komuni. Untuk itu seseorang perlu dipersiapkan dulu dalam bentuk pembinaan dan sekaligus dilihat bagaimana kehidupan menggereja seseorang.
Namun bisa saja terjadi, seseorang mengatakan kerinduannya tetapi tidak berani meluangkan waktu untuk mengikuti pembinaan. Adapula yang mengatakan rindu dan siap mengikuti pembinaan tetapi persoalannya tidak ada yang membina mereka. Hal ini bisa terjadi karena kesibukan para pastor ataupun pengurus Gereja ataupun bisa karena kelalian dan ketidak pedulian pada pembinaan iman anak.
Syukurlah bahwa pastor paroki begitu tanggap akan kerinduan anak dan beberapa katekumenat untuk diperkenankan menerima komuni dalam perayaan ekaristi, sehingga pastor langsung meminta tik Katekese dan pembinaan iman agar mendata dan memberi pembinaan kepada anak-anak dan ketekumen yang dianggap sudah bisa menerima komuni. Mereka semua didata, dikumpulkan dan dibina selama 10 kali pertemuan. Dari pendataaan dan pembinaan, ada 22 orang anak dan 1 orang katekumenat.
Setelah pembinaan selesai dan pastor paroki memandang bahwa mereka yang dibina sudah bisa menerima sakramen komuni, maka perayan penerimaan sakramen komuni dan penerimaan resmi dilangsungkan pada hari Minggu 26 September 2010 yang lalu di Gereja Paroki Tigalingga. Banyak umat yang hadir dalam perayaan ekaristi tersebut dan juga ikut bergembira. Umat yang diterima resmi dan anak-anak yang menerima sakramen komuni sungguh merasa gembira, karena merasakan persatuan dengan Yesus dan juga dengan umat dalam perayaan Ekaristi. Dalam kotbahnya saat itu, sesuai dengan Injil yang dibacakan, pasto paroki mengatakan bahwa semua hendaknya berjuang dan berlomba untuk menjadi murid-murid Kristus dan berlomba untuk berbuat baik.
Sesudah perayaan ekaristi, acara dilanjutkan dengan acara kebersamaan di aula paroki. Acaranya tidak meriah, cukup sederhana tetapi semua bergembira dan yang penting makna dan arti komuni dan juga kebersamaan umat. Acara ramah tama ini langsung dikoordinir oleh para orang tua yang anaknya menerima komuni saat itu. Pastor paroki mengucapkan Proficiat kepada anak yang menerima sakramen komuni, kepada umat yang diterima resmi dan kepada semua keluarganya. Mangakhiri kata sambutannya, pastor paroki kembali menggarsibawahi pesan kotbah waktu dalam perayaan ekaristi.
Seringkali kita alami bahwa saat perayaan ekaristi, banyak anak yang belum menerima komuni merasa penasaran, seakan protes karena tidak menerima komuni sama dengan umat yang sudah menerima komuni. Mereka tentu merindukan hal yang sama, dan bahkan merasa dirinya belum sepenuhnya ikut dalam perayaan ekaristi karena belum juga diperbolehkan menerima komuni. Hal ini juga dirasakan oleh umat dewasa yang masih menjalani Katekumenat. Mereka seringkali bertanya kapan mereka diperkenankan menerima komuni seperti umat yang lain. Terkadang mereka merasa malu saat dalam perayaan ekaristi karena ketika semua umat maju menerima komuni padahal dari segi usia, mereka sudah pantas, mereka hanya duduk di kursi. Untuk menghilangkan rasa malu ini, mereka ikut berbaris bersama umat ketika menerima komuni tetapi sampai di hadapan imam mereka dengan suara pelan memberitahukan bahwa mereka belum menerima komuni, sehingga mereka hanya diberikan berkat di dahi.
Syarat untuk diperkenankan menerima komuni tentu bukan hanya dari segi usia, tetapi terlebih pada pemahaman seseorang akan arti dan makna sakramen komuni. Untuk itu seseorang perlu dipersiapkan dulu dalam bentuk pembinaan dan sekaligus dilihat bagaimana kehidupan menggereja seseorang.
Namun bisa saja terjadi, seseorang mengatakan kerinduannya tetapi tidak berani meluangkan waktu untuk mengikuti pembinaan. Adapula yang mengatakan rindu dan siap mengikuti pembinaan tetapi persoalannya tidak ada yang membina mereka. Hal ini bisa terjadi karena kesibukan para pastor ataupun pengurus Gereja ataupun bisa karena kelalian dan ketidak pedulian pada pembinaan iman anak.
Syukurlah bahwa pastor paroki begitu tanggap akan kerinduan anak dan beberapa katekumenat untuk diperkenankan menerima komuni dalam perayaan ekaristi, sehingga pastor langsung meminta tik Katekese dan pembinaan iman agar mendata dan memberi pembinaan kepada anak-anak dan ketekumen yang dianggap sudah bisa menerima komuni. Mereka semua didata, dikumpulkan dan dibina selama 10 kali pertemuan. Dari pendataaan dan pembinaan, ada 22 orang anak dan 1 orang katekumenat.
Setelah pembinaan selesai dan pastor paroki memandang bahwa mereka yang dibina sudah bisa menerima sakramen komuni, maka perayan penerimaan sakramen komuni dan penerimaan resmi dilangsungkan pada hari Minggu 26 September 2010 yang lalu di Gereja Paroki Tigalingga. Banyak umat yang hadir dalam perayaan ekaristi tersebut dan juga ikut bergembira. Umat yang diterima resmi dan anak-anak yang menerima sakramen komuni sungguh merasa gembira, karena merasakan persatuan dengan Yesus dan juga dengan umat dalam perayaan Ekaristi. Dalam kotbahnya saat itu, sesuai dengan Injil yang dibacakan, pasto paroki mengatakan bahwa semua hendaknya berjuang dan berlomba untuk menjadi murid-murid Kristus dan berlomba untuk berbuat baik.
Sesudah perayaan ekaristi, acara dilanjutkan dengan acara kebersamaan di aula paroki. Acaranya tidak meriah, cukup sederhana tetapi semua bergembira dan yang penting makna dan arti komuni dan juga kebersamaan umat. Acara ramah tama ini langsung dikoordinir oleh para orang tua yang anaknya menerima komuni saat itu. Pastor paroki mengucapkan Proficiat kepada anak yang menerima sakramen komuni, kepada umat yang diterima resmi dan kepada semua keluarganya. Mangakhiri kata sambutannya, pastor paroki kembali menggarsibawahi pesan kotbah waktu dalam perayaan ekaristi.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.