RENUNGAN HARI BIASA:
SENIN 25 NOVEMBER 2013
(Katarina dr Aleksandria, Elisabet dr Reute)
Dan. 1:1-6,8-20; MT Dan. 3:52,53,54,55,56; Luk. 21:1-4
BACAAN INJIL:
Persembahan seorang janda miskin
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
RENUNGAN :
Saya yakin kita semua sudah pernah dan bahkan sering memberi sumbangan kepada orang lain baik itu karena diminta ataupun karena tanpa diminta. Paling tidak kita semua pasti memberi persembahan / kolekte ketika mengikuti perayaan ekaristi. Kalau kita tidak memberi persembahan saat ekaristi, itu namanya terlalu. Namun, apakah kita memberi dengan sukacita iman, atau memberi dengan terpaksa? Apakah kita memberi dengan pengorbanan dan memberi sewajarnya sesuai dengan berkat yang ada pada kita?
Lagi-lagi kita mendengarkan injil yang berbicara tentang persembahan janda miskin yang dipuji oleh Yesus. Yesus memuji persembahan janda miskin itu, bukan karena jumlahnya yang tidak seberapa dibanding dengan persembahan banyak orang kaya. Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa dia memberi dari kekurangannya dan bahkan seluruh hidupnya sedangkan orang lain memberi banyak dari kelimpahannya. Janda itu jelas memberi sedikit, tetapi yang sedikit itu yang dia miliki.
Luar biasa janda itu, dia memberi tanpa berpikir bagaimana dan apa yang akan dia pakai untuk makan, dia tidak memikirkannya. Janda itu dalam memberi persembahan kepada Tuhan, tidak memikirkan nasib hidupnya. Dia melakukan demikian karena baginya adalah suatu keharusan untuk memberi persembahan kepada Tuhan, bukan hanya uang tetapi seluruh hidupnya. Dia percaya bahwa uang yang dia miliki dan hidupnya adalah milik Tuhan, sehingga harus dipersembahkan kepada Tuhan. Dengan memberi persembahan itu, dia juga mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan dengan keyakinan bahwa Tuhan yang memberi hidup itu, Tuhan pula akan memelihara hidupnya.
Janda miskin itu memberi sedikit tetapi memberi dengan iman dan sekaligus mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan. Janda itu memberi dari kekurangannya dan dia tidak merasa kekurangan.
Berbeda halnya dengan kita. Kita seringkali begitu sulit untuk memberi, kalaupun kita memberi, kita memberi dengan terpaksa karena dimintai, kita memberi dengan terpaksa dan memberi yang paling kecil. Coba kita renungkan, setiap kita memberi persembahan dalam perayaan ekaristi, berapa yang kita beri? Apakah kita memberi dengan tulus, sewajarnya atau memberi dari yan g paling kecil yang ada pada kita?
Kita sulit memberi karena kita kurang beriman dan masih selalu merasa kekurangan. Kita berpikir bahwa kita saja masih kekurangan, bagaimana mungkin kita bisa memberi. Kita tidak percaya bahwa apa yang ada pada kita dan hidup ini adalah milik Tuhan yang harus kita kembali kepada Tuhan dengan cara berbagi dengan sesama, kita tidak yakin bahwa dengan memberi kita tidak akan kekurangan karena Tuhan akan memelihara hidup kita.
Juga kita sering berpikir bahwa bukan karena banyaknya pemberian kita, tetapi yang penting adalah memberi dengan tulus hati. Memang pemikiran ini benar, sebab apa gunanya memberi banyak tetapi dengan terpaksa dan tidak dengan tulus hati. Namun apakah pemberian itu tulus bila kita memberi sedikit padahal kita punya banyak dan bisa memberi banya? Tentu itu juga bukan pemberian dengan tulus. Pemberian dengan tulus adalah bila apa yang kita berikan sepadan dengan apa yang ada pada kita dan kemampuan kita.
Sering pula kita dengar ungkapan yang mengatakan, “Memberi tidak harus dengan uang atau materi, tetapi bisa saja memberi yang bukan materi dan doa.” Ini juga benar. Tapi kita harus hati-hati, bisa saja pemikiran demikian menjadi alasan bagi kita untuk berbagi. Bisa saja kita mengatakan demikian karena kita tidak mau berkorban kekurangan atau memberikan apa yang kita miliki.
Pemberian yang tulus adalah dilandasi oleh pengorbanan, melepas apa yang ada padanya. Orang yang melekat pada hartanya, dia akan sulit untuk berbagi. Banyak diantara kita yang demikian, kita dengan mudah mengatakan bahwa kita hanya bisa membantu dengan dukungan dan doa, padahal kita bisa berbuat lebih nyata dengan apa yang ada pada kita, hanya kita tidak mau melepas apa yang ada pada kita. Kita takut kekutangan dengan berbagi apa yang ada pada kita. Janda miskin ini menjadi contoh pada kita bahwa dengan memberi, dia juga mempersembahkan hidupnya pada Tuhan. Pemberian kita adalah sekaligus persembahan diri kepada Tuhan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.