Nama pelindung: | Santa Maria dari Gunung KIarmel |
Berdiri | 16 juli 1967 |
Alamat | Pastoran Katolik tigalingga, Jln : Kuta Bunga 16 – Tigalingga |
Pastor Paroki Sekarang | 1. P. Antonius Manik.O.Carm. 2. P.Yoakim Lako .O.Carm |
Sejarah Singkat Pendirian Paroki
Cikal bakal adanya Gereja katolik di dairi dimulai dari paroki Sidikalang,yang meliputi wilayah sumbul, parongil dan tigalingga.Tahun 1954 parongil memisahkan diri dari paroki Sidikalang, dan memproklamasikan dirinya sebagai paroki tersendiri.pada waktu itu tigalingga masih menjadi bagian dari wilayah parongil. Tahun 1965 para pastor karmelit diberi kepercayaan untuk mengambil alih tugas paroki-paroki di dairi dari para pastor kapusin.pada waktu itulah mulai terpikirkan pentingnya ekspansi,agar perkembangan umat lebih bias dipacu.Apalagi tenaga imam karmelit pada waktu itu dipandang sudah mencukupi.Maka pastor kacmadi (Alm) mulai merintis berdirinya paroki yang baru.langkah baru dimulai dari pemisahan administrasi dan kunjungan pastoral yang lebih rutin dan intensif.tanggal 14 Nov 1965,pemisahan administrasi dilakukan secara resmi, segala urusan administrasi calon paroki yang baru ini diurus secara terpisah dari paroki parogil segera setelah itu Romo komisaris, atas nama para pastor karmelit, mengusulkan berdirinya sebuah paroki yang baru yaitu paroki tigalingga,dengan jumlah stasi sebanyak 24 dan jumlah umat sekitar 3452 orang.dengan pastor paroki yang pertama yaitu pastor Kacmadi.O.Carm, usulan tersebut diterima oleh bapa Uskup tepatnya tanggal 16 Juli 1967,persis pada hari raya santa Perawan Maria Dari Gunung Karmel. Tanggal itu pula lah yang dijadikan hari ulang tahun paroki tigalingga.
GAMBARAN PAROKI SEKARANG INI
Gereja Katolik paroki Maria dari Gunung Karmel Tiga Lingga berdiri pada tahun 1967. Paroki ini terdiri atas 27 stasi. Stasi-stasi tersebut umumnya tersebar di pegunungan atau di perbukitan yang ada di Tigalingga. Pusat paroki berada di Kecamatan Tiga Lingga, terdiri atas 7 lingkungan dan jumlah umat adalah 150 kepala keluarga. Daerah Tiga Lingga terdiri atas berbagai suku yakni Suku Karo, Batak Toba, Simalungun, Pak-pak, jawa. Namun suku yang mayoritas adalah suku Karo dan Batak Toba.
Kami yakin bahwa pastor yang mendirikan paroki pada waktu itu adalah karena dorongan Roh Kudus untuk menghadirkan Gereja Katolik untuk menjalin kebersamaan dalam iman, sebagai satu saudara yang melampaui batas suku dan bahasa yang menjadi salah satu perwujudan Kerajaan Allah. Karena pada saat itu, situasi dan kondisi sangat membutuhkan adanya pemersatu. Kehadiran Gereja Katolik yang mempersatukan sebagai satu keluarga dalam iman Katolik, tentu diharapkan tidak hanya dalam kehidupan beribadah tetapi juga berdampak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Gedung Gereja pertama terbuat dari kayu, atau setengah beton, sedangkan rumah pastoran hanya menempel di belakang Gedung Gereja.
Demi meningkatkan pelayanan dan pembinaan umat, maka tahun 1981 dibangunlah Gedung Gereja yang terbuat dari batako, ukuran 7 x 11 m dan juga sekaligus dibangun gedung pastoran yang sifatnya sangat sederhana, sehingga gedung gereja lama digunakan sebagai Aula yang menjadi tempat pertemuan dan pembinaan-pembinaan umat. Seiring dengan perjalan waktu dan perkembangan umat, selanjutnya tahun 1997 diperpanjang 4 m lagi. Maka ukuran gereja sekarang secara keseluruhan berukuran 7x15 m. Gedung Gereja ini sebenarnya kurang layak untuk Gereja paroki, karena ukurannya kecil, sangat sederhana, tanpa ruang pengakuan dosa dan bahkan dindingnya langsung menyatu dengan dinding pastoran. Tapi walaupun demikian situasinya, apa boleh buat, itulah gambaran Gereja Paroki di Tigalingga.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.